Para kepala sekolah di ibu kota diminta mendukung kebijakan wajib
belajar (wajar) 12 tahun yang dicanangkan Pemprov DKI Jakarta secara
gratis yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
DKI. Dengan begitu, diharapkan terobosan ini benar-benar dapat
dinikmati sejumlah kalangan, termasuk warga miskin sekalipun.
“Program wajib belajar dua belas tahun yang kini sudah dilakukan
Pemprov DKI Jakarta merupakan suatu langkah terobosan yang spektakuler.
Sebab, dengan dilangsungkannya program tersebut, anak didik setingkat
SMA khususnya siswa yang bersekolah di negeri sudah dapat menikmati
pendidikan gratis,” ujar Taufik Yudi Mulyanto, Kepala Dinas Pendidikan
(Disdik) DKI Jakarta saat memberikan pengarahan wajib belajar 12 tahun
kepada ratusan kepala sekolah SMA/SMK negeri dan swasta se-Jakarta
Barat, di aula Universitas Mercu Buana, Kamis (26/7).
Taufik menyebut, khusus untuk siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) di
Jakarta sebanyak 183.266, dengan rincian 92.734 siswa bersekolah di SMA
negeri, dan 90.532 siswa bersekolah di SMA swasta.
Sesuai ketentuan, jelas Taufik, setiap siswa SMAN akan mendapat bantuan
Biaya Operasional Pendidikan (BOP) yang dianggarkan dari APBD sebesar
Rp 400 ribu per bulan. Sedangkan untuk SMA swasta belum seluruhnya, tapi
baru sebesar 20 persen, dengan biaya sama yaitu, Rp 400 ribu setiap
bulan per siswa. Sedangkan jumlah siswa SMK di DKI Jakarta mencapai
203.565 siswa dengan rincian,
42.348 siswa SMK negeri, dan 161.217 siswa SMK swasta. Untuk SMK swasta
bantuan BOP yang diberikan juga baru mencapai 20 persen. Sedangkan BOP
untuk siswa jurusan manajemen setiap siswa mendapat Rp 400 ribu per
bulan, jurusan pariwisata Rp 500 ribu per bulan dan jurusan teknologi Rp
600 ribu per bulan.
“Saat ini memang Pemprov DKI baru dapat memberikan bantuan BOP bagi
seluruh siswa negeri. Tapi secara perlahan Pemprov DKI juga akan terus
meningkatkan jumlah 20 persen tersebut yang saat ini diberikan pada
sekolah swasta. Dengan adanya program tersebut tidak ada lagi anak usia
sekolah dari SD hingga SMA yang tidak bersekolah dengan alasan tidak ada
biaya, karena semuanya sudah gratis,” tegasnya.
Kasudin Pendidikan Menengah (Dikmen) Jakarta Barat, Slamet Widodo
didampingi Kasie SMA, Yusen Hardiman mengungkapkan, pihaknya sangat
mendukung program yang digulirkan Pemprov DKI tersebut. Terlebih saat
ini pertumbuhan dunia pendidikan di Jakarta Barat semakin pesat dengan
109 SMA dan 121 SMK.
“Kami akan terus melakukan monitoring agar kebijakan itu tepat sasaran,” tandasnya.
Sumber: beritajakarta.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar